|
Sejak 1 Mei 2006 Pengunjung : 136246 Hits : 1515055 hits Bulan Ini : 2115 users Hari Ini : 114 users Online : 6 users |
|
|
|
|
Membongkar Kitab "Membongkar Kedok Yusuf Al-Qaradhawy" Jumat, 19 Mei 06 - oleh : Redaksi
PKS-Kab.Bekasi OnLine : Buku lain yang secara khusus membicarakan Yusuf alQaradhawy adalah Membongkar Kedok alQaradhawy (penerbit Masyarakat Belajar Depok). Sebenarnya tidak ada yang menarik dan bermanfaat untuk dikaji dari buku itu, tetapi judulnya yang provokatif sangat mengusik untuk dikomentari. Ternyata, kedua buku itu seperti "lagu lama dengan aransemen baru" yang berisi kesalah-pahaman, fitnah, dan tuduhan terhadap Yusuf alQaradhawy.
Sesungguhnya mengkritik dalam dunia ilmu adalah hal biasa dan wajar dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan, perlu dihidupkan suasana seperti itu karena pada hakikatnya adalah upaya penjabaran tawasaw bil haq. Namun menjadi mengerikan jika hal itu dilakukan tanpa didasari pemahaman, niat yang suci dan cara yang etis. Sayangnya, itulah yang terjadi dalam dua buku tersebut, terutama yang berjudul Membongkar Kedok alQaradhawy
Mereka terus-menerus melakukan fitnah dan tuduhan tanpa bosan sambil menggali perselisihan umat terdahulu atau sengaja mendebat dan meneropong setiap fatwa, tulisan dan ceramah pihak lain seperti intel yang mewaspadai gerak-gerik buronan. Tindakan mereka itu membahayakan bagi barisan umat Islam dan diri mereka sendiri karena mereka telah mendaulat kelompoknya dan pemahamannya sebagai ukuran kebenaran mutlak tanpa noda. Jika mereka mendapat teguran, mereka akan memberikan perlawanan sengit dan bertubi-tubi sampai berhasil menunjukkan kepada dunia, kedalaman dan keluasan ilmu mereka yang sebenarnya cuma sejengkal. Rasulullah SAW bersabda:
Ada empat sifat yang melekat pada seseorang, berarti ia adalah munafik sejati. Siapa yang mempunyai salah satu sifatnya, ia memiliki salh satu sifat munafik hingga ditinggalkannya; jika dipercaya ia khianat, jika bicaara ia dusta, jika janji ia ingkar, jika berdebat ia melampaui batas. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Amr bin 'Ash)
Jadi, Ahlus Sunnah waj Jama'ah berlepas diri dan merasa asing dari manhaj tersebut, yaitu Manhaj Ahlus Sum'ah wal Mujadalah (orang yang ingin diperhatikan dan berdebat).
Sesungguhnya, Yusuf alQaradhawy dan tokoh Ikhwan lainnya tidak pernah memberikan serangan khusus kepada pejuang-pejuang Islam lainnya (kecuali Ahmadiyah dan Ahbasy karena penyimpangan mereka yang sudah jelas) - tokoh maupun kelompok - dan mereka memang tidak mempunyai kepentingan itu. Mereka justru menyerukan kerjasama yang baik dan terpadu antar gerakan Islam. Sayangnya, seruan itu tidak dihargai kalangan atau pribadi yang kedengkiannya sudah mendarah daging terhadap Ikhwan. Dapat dimengerti Jika Yusuf alQaradhawy dan Ikhwan hanya meladeni mulut usil mereka sekadarnya, bahkan terkesan membiarkan dan mengembalikannya kepada Allah 'Azza wa Jalla dan masyarakat untuk menilainya. Sama saja diladeni atau tidak, Ikhwanul Muslimin dan tokoh-tokohnya pasti disalahkan walaupun Ikhwan benar. Bagaimana jika penuduhnya yang benar-benar salah? jangan heran jika dalam buku itu, Yusuf alQaradhawy disebut da'i dhalalah (sesat) yang mencurahkan lisan dan pena-nya untuk menyerang islam, Masya Allah !! (lihat Ahmad bih Muhammad bin Mashur al Udaini al Yamani, Membongkar Kedok alQaradhawy, hal. 15)
Sesungguhnya Syaikh bin Bazz dan Syaikh al Albany telah menjadi saksi tentang pribadi alQaradhawy seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Orang pun tahu alQaradhawy pernah angkat senjata melawan penjajah kafir Inggris di terusan Suez. Fatwanya jelas dan mengandung api bagi orang kafir dalam jihad Palestina, Bosnia, Kashmir, Afganistan dan ia bukan ulama yang hanya bicara. Ia menyumbangkan hartanya untuk kemajuan Islam dan mendirikan lembaga keuangan. Itukah yang disebut menyerang Islam? La hawla wala Quwwata illah billah !! Sungguh aneh jika pemikiran alQaradhawy yang berbeda dengan para pencela disebut menyerang Islam seakan-akan merekalah Islam sebenarnya. Siapa yang berbeda atau mengkritik mereka, sama artinya dengan menyerang Islam!
Ironisnya saat Yusuf alQaradhawy mempertahankan negaranya dari serangan agresor para pencelanya hanya menjadi pendengar dan penonton yang baik. Apakah mereka baru belajar Islam saat itu? Masih banyak lagi julukan-julukan buruk yang ditujukan kepada alQaradhawy hinga kami tidak sampai hati menyebutnya. Mudah-mudahan hal itu men-tazkiah diri Syaikh Yusuf alQaradhawy.
Wallahi, buku mereka diliputi kesedihan karena penulisnya perlu dikasihani dari sisi ilmu maupun adabnya yang menyimpang.
Berikut bukti-buktinya :
Yusuf alQaradhawy dituduh menganggap ulama islam jumud dan sebaliknya mengagungkan para penulis rasionalis dan mubtadi' sebagai intelektual independen (hal 187-189). Tuduhan itu terlontar berkenaan pendapat Yusuf alQaradhawy tentang zakat fitrah dengan uang (harganya), "Ibnu Hazm menolak dikeluarkannya zakat mal dan zakat fitrah dengan harga (uang) walaupun ada kebutuhan dan maslahat yang menuntutnya. Itulah yang kita lihat dari para ulama hari ini yang jumud terhadap nash-nash. Mereka berfatwa kepada orang banyak tentang zakat fitrah dan melarang sama sekali menggantinya dengan harga (uang)."
Penulis Membongkar Kedok alQaradhawy, Ahmad bin Muhammad bin Mashur, menyebut ulama-ulama yang berpendapat tidak bolehnya zakat fitrah dengan uang, yaitu Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Abu 'Ubaid, Imam Ibnu Hazm, Imam Ibnu Rusyd, Imam Ibnu Qudamah, Imam al Kharqi, Imam al Baghawi, Imam an Nawawi, Imam Ibnu Taimiyah, Syaikh bin Bazz, Shalih Fauzan, dan Muqbil bin Hadi seraya menyebut rujukannya. Ucapan alQaradhawy ia anggap telah melecehkan ulama-ulama itu yang artinya melecehkan agama juga. "Lihat! tidak tersamar olehmu orang-orang tersebut adalah para imam ahli ilmu dan petunjuk jalan bagi manusia. Mecela mereka sama artinya dengan mencela agama. Meski demikian, alQaradhawy telah lancang menyifati mereka denga n jumud terhadap nash-nash."
Maha benar Allah SWT. Memang sesungguhnya yang buta bukanlah mata, tetapi hati yang di dada. Sesungguhnya orang ini salah membaca dan salah mengutip karena tidak ada satu huruf pun yang menunjukkan alQaradhawy mencela para ulama. Mengapa mereka begitu kerdil menyebut alQaradhawy mencela ulama?
Sesungguhnya alQaradhawy hanya berkata, "itulah yang kita lihat dari para ulama hari ini yang jumud terhadap nash-nahs." Apakah Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Imam Abu 'Ubaid, Imam Ibnu Hazm, Imam Ibnu Rusyd, Imam Ibnu Qudamah, Imam alKharqi, Imam al Baghawy, Imam an Nawawi dan Imam Ibnu Taimiyah adalah ulama-ulama hari ini? Tentu saja bukan, tetapi mengapa kritikan alQaradhway bagi ulama hari ini dianggap celaan bagi para ulama terdahulu?
Benar, Yusuf alQaradhawy telah menyebut ulama-ulama hari ini-paling tidak dalam perkara zakat fitrah- memiliki pandangan yang jumud. Namun itu adalah kritikan biasa saja yang pernah dilakukan ulama terdahulu terhadap ulama pada masanya. Jadi, tidak perlu sejauh itu menafsirkannya. Apakah kegundahan penulis muncul lantaran berkaitan guru-gurunya - Syaikh bin Bazz, Shalih Fauzan dan Muqbil-yang melarang zakat fitrah dengan uang? Artinya si penulis menganggap ulama jumud yang dimaksud alQaradhawy adalah syaikh-syaikhnya. Subhanallah! betapa sensitifnya mereka. Demikianlah jadinya jika menilai gelar ulama hanya layak bagi masyaikhnya, sementara pihak lain bukan ulama. Akhirnya, ketika ada yang mengkriktik ulama, mereka selalu merasa sebagai sasarannya.
Selanjutnya, kami tegaskan bahwa Yusuf alQaradhawy pun tahu ulama-ulama terdahulu yang disebut penulis memang tidak membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang (lihat Yusuf alQaradhawy, Hukum Zakat, hlm 954-955). Itu sudah diuraikan alQaradhawy sejak puluhan tahun lalu dalam Fiqh Zakat. Namun, tidak sedikit pula ulama salaf yang membolehkannya, seperti Imam Sufyan ats Tsauri, Imam Abu Hanifah, Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad bin Qasim, Imam Hasan alBasri, 'Umar bin Abdul Aziz Ra, Imam 'Atha, bahkan Imam Ibnul Mundzir karena ada sahabat Nabi SAW yang melakukannya (hal. 955-956). Begitu pula pendapat Imam Bukhari (Yusuf alQaradhawy, Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jilid 2, hal. 336). Bahkan Ibnu Taimiyah membolehkan jika membawa mashlahat dan keadilan (ibid. hal 336-337). Jadi, pendapat Yusuf alQaradhawy itu merupakan pendapat para Imam besar. Menurut mereka membayar zakat dengan uang lebih pas untuk zaman ini. Mengapa penulis hanya mencela alQaradhawy? itulah letak kemiskinan ilmu dan budi pekertinya. Selain itu, dengan menggunakan logika penulis, jika ia mencela alQaradhawy tentang zakat fitrah dengan uang (sebenarnya hanya merujuk dan merupakan pendapat para imam besar yang disebutkan tadi), berarti si penulis mencela juga para imam besar tersebut.
Masih di bab yang sama, si penulis menuding Yusuf alQaradhawy mengagungkan para penulis rasionalis dan ahli bid'ah ketika Yusuf alQaradhawy berkata tentang ulama-ulama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. AlQaradhawy berkata, "Siapakah yang mengingkari kepandaian Muhammad 'Abduh, Rasyid Ridha (Rasyid Ridha, orang yang dituduhnya terkenal karena kesesatan dan penyimpangannya ternyata dipuji al Albany sebagai seorang 'alim besar dan pengibar bendera dakwah salafi. Bagaimana jika al Albany rahhimahullah mengetahui anggapan anda itu? bagaimana pula sikap beliau terhadap anda?) , Abdul Majid Sulaim, Mahmud Syalthut, Muhammad al Hidhr Husein, at Thahir bin Asyur, Faraj as Sinhuri, Ahmad Ibrahim, Abdul Wahab Khalaf, Muhammad Abu Zahrah, dan Ali al Khafif (Ahmad bin Muhammad al Udaini al Yamani, Membongkar Kedok al Qaradhawy. hal. 188)
Tokoh-tokoh itu disebut penulis sebagai orang-orang yang terkenal kesesatan dan penyimpangannya (ibid). InnaLillahi wa inna ilaihi raji'un. Jadi, hanya dirinya, sahabatnya, dan guru-gurunya yang tidak tersesat. kasihan sekali manusia yang terlahir bukan dari kelompok mereka karena dianggap sesat dan menyimpang. Sia-sialah Universitas al Azhar, Univ. Deoband, Univ. Karachi karena hidayah tidak akan sampai ke sana, karena mereka tidak berguru pada kelompok itu. Sungguh, segala yang mereka kembangkan dan syiarkan, yaitu kultur mendebat, membantah, dan memvonis orang lain telah membawa umat Islam kepada kehidupan beragama yang tidak sehat dan tidak kondusif selain memang tidak mencerminkan perilaku ahli ilmu, ulil albab, ulin nuha, dan ahludz dzikri. Perilaku provokatif itu telah banyak membawa keresahan bagi umat Islam dan telah membawa fitnah bagi du'at lainnya yang coba mengedepankan da'wah bil hikmah wal mau'izah hasanah (berdialog atau berdebat dengan cara yang terbaik).
Mungkin karena terbiasa memberi vonis kepada orang lain, amat rentan terjadi gejolak internal di dalam kelompok mereka sendiri. Sudah berlalu-mungkin satu dekade yang lalu- tokoh-tokoh ulama seperti Abdurrahman Abdul Kholiq, Salman Fahd al Audah, dan Safar al Hawali yang merupakan penyeru dan lambang dakwah salafiyah di negerinya dianggap keluar dari manhaj sunnah (salafi). Upaya-upaya rekonsiliasi tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik selam masih ada manusia yang mengedepankan hawa nafsu ananiyah (egoisme), dan menolak kebenaran (kibr). Perselisihan syadid (keras) yang dihiasi saling tuduh itu, ternyata terjadi juga di indonesia. Upaya ishlah yang dilakukan pun tidak membawa dampak apa-apa dan hal itu telah masyhur di kalangan aktivis Islam.
Demikianlah salah satu contoh yang mengindikasikan adanya masalah yang menjangkit dalam ruang berpikir penulis buku Membongkar Kedok al Qaradhawy yang harus segera ditangani dokter spesialis syaraf. Sebenarnya, banyak sekali hal serupa yang dilakukan penulis terhadap Yusuf al Qaradhawy, tetapi tidak perlu dipaparkan karena hakikatnya sama, yaitu bermuara pada ketiadaan ilmu dan sopan santun yang mengakibatkan kesalahpahaman yang sangat mendasar, hilangnya adab berdialog, dan amanah ilmiah.
Yusuf al Qaradhawy memang bukan manusia ma'shum. Pendapatnya tentang nyayian dan musik yang dikritik penulis (Ahmad bin Muhammad bin Mashur) dikritik juga ulama Ikhwan lainnya. Namun, mereka puya cara yang bijak dalam meluruskan orang lain, siapa pun orangnya. Semoga Allah memberikan petunjuk dan kesempatan untuk memahami Islam secara benar, utuh, dan mendalam kepada kita semua. Amin.
Wallahu musta'an
Sumber : Al Ikhwan Al Muslimun, Anugerah Allah yang Terzalimi - Farid Nu'man Index Rubrik Tarbiyah | kirim ke teman | versi cetak Tidak ada komentar tentang artikel tarbiyah ini.
[ Back To Beranda ]
|
|
|
|
|
|