|
Sejak 1 Mei 2006 Pengunjung : 136244 Hits : 1514931 hits Bulan Ini : 2113 users Hari Ini : 112 users Online : 4 users |
|
|
|
|
Dikeroyok PNS, Parpol sampai Presiden-Wapres mampukah Adang-Dani Menang ? Rabu, 08 Agustus 07 - oleh : Redaksi
PKS-Kab.Bekasi OnLine : Prosesi kampanye Pilkada telah selesai, Insya Allah hari ini tanggal 8 Agustus 2007 jika Allah menghendaki , warga DKI akan menentukan pilihan akan siapa pemimpinnya. Memilih pemimpin lama yang didukung puluhan partai ORBA atau yang baru yang didukung hanya satu partai.
Bagi saya, PILKADA DKI merupakan pilkada paling strategis untuk perubahan bagi seluruh wilayah di Indonesia. Jakarta merupakan barometer nasional, ia akan dicontoh oleh semua wilayah termasuk bagaimana para aparatur pemerintahannya , gubernur, wakil, sekda, dan birokrat lainnya memimpin dan mengelola DKI Jakarta, jika mereka korup dalam melakukannya maka ini akan di contoh dan jika bisa menampilkan perilaku yang bersih juga akan dicontoh. Jadi pilkada DKI mempunyai bukan saja efek kewilayahan tetapi bersifat nasional.
Namun sayang, PILKADA yang paling strategis ini banyak dinodai dan didominasi oleh kepentingan, kezaliman, keegoan dan status quo yang mengarah pada perilaku yang penting menang dengan tak memperdulikan cara-cara yang santun dan bermartabat.
Prinsip yang penting menang dan tidak adanya idealisme para elit politik untuk sedikit memberikan perubahan terhadap Jakarta inilah yang kemudian melahirkan pengeroyokan terhadap satu partai yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Padahal beberapa partai diantara mereka dengan perolehan suara pada pemilu 2004 yang diraihnya bisa mencalonkan sosok lebih dari empat pasangan cagub/cawagub. Sayang memang, rakyat jakarta karena ulah parpol yang bermental 'tahu' ini telah membatasi warga DKI untuk mendapat sosok pemimpin yang paling cocok buat mereka.
Menurut cacatan saya hanya PKS lah yang jauh-jauh hari mencalonkan orang baru sebagai cagub/cawagub, PKS yang berharap besar akan adanya
perubahan mendasar di kehidupan bernegera dan bermasyarakat yang selama ini sangat banyak dikotori oleh ketidak teraturan, kolusi, korupsi dan nepotisme, masalah masalah sosial seperti kemacetan, banjir dan juga masalah pendidikan yang tidak selesai-selesai.
Padahal kalau PKS berprinsip yang penting menang, Ialah Fauzi Wibowo ( Foke ) yang mencari dukungan pertama kali ke PKS sebelum kepada parpol-parpol itu, jadi jika berprinsip yang penting menang tentunya PKS sudah mencalonkan Foke, bukan orang yang masih segar seperti Adang Daradjatun dan Dani Anwar.
Masalahnya kemudian adalah ternyata prinsip yang dipegang oleh PKS tersebut tidak diikuti oleh parpol-parpol lainnya, prinsip yang penting menang yang dipegang parpol-parpol tersebut kemudian membuahkan pengeroyokan terhadap PKS dari berbagai segi dan lini.
Bentuk-bentuk pengeroyokan tersebut antara lain :
a) Bersekutunya 20 parpol
Parpol-parpol besar tanpa malu-malu bersekongkol hanya untuk meraih kursi DKI 1 dan DKI 2.
b) Pengeroyokan oleh Media
PKS ternyata bukan saja dikeroyok oleh 20 parpol tetapi oleh media-media masa yang ada di Indonesia. Media cetak nasinal hampir seluruhnya berpihak pada pasangan Foke-Priyanto. ( Laporan Aliansi Jurnalis Indonesia )
c) Pengeroyokan oleh Iklan
Bagi para pembaca media elektronik dan televisi tentunya sangat jelas dominasi iklan Foke-Priyanto dalam pembentukan opini, dibandingkan iklan-iklan Adang- Dani yang seuprit.
d) Pengeroyokan lewat PNS dan Birokrat
Sudah bukan rahasia lagi PNS dan birokrat DKI yang seharusnya berlaku netral namun memihak bahkan menurut laporan media dan panwasda diantara mereka tertangkap basah mengikuti kampanye dan jadi tim sukses Foke.
e) Pengeroyokan oleh aparatur RT,RW dan Kelurahan
Menurut pengakuan beberapa kader PKS , keberpihakan para RT, RW dan aparatur kelurahan sangatlah jelas. Bahkan dibeberapa tempat kader-kader PKS dilarang untuk mensosialisasikan visi dan misi cagub/cawagub yang dicalonkannya.
f) Pengeroyokan oleh lembaga survey
Hasil survei yang baru-baru ini diumumkan oleh Lembaga Survei Indonesia ( LSI ) milik Saiful Mujani yang mengatakan Foke menang besar atas Adang-Dani . Dan menyatakan bahwa kampanye tidak berpengaruh terhadap perekrutan masa/pilihan . Hasil survei ini tentunya sangat bertentangan dengan kenyataan dilapangan dimana kampanye-kampaye Adang-Dani selalu dipadati massa yang datang bukan saja dari PKS tetapi juga dari organisasi-organisasi kepemudaan parpol-parpol pendukung Foke dan ormas-ormas . Hasil survei ini adalah bentuk pembentukan opini untuk memenangkan salah satu pasangan yang bisa membayar LSI , seperti yang mereka biasa lakukan dalam PILKADA di daerah-daerah lain. Ambil saja contoh bagaimana LSI melakukan ''proyek'' pemenangan Rt Atut-Masdulki di Banten, dengan melakukan survei-survei yang hasil yang diumumkannya adalah untuk membetuk opini dan sebagai bagian pemenangan pasangan yang membayarnya. Sayang, memang media kita masih suka menelan mentah-mentah hasil survei mereka yang sudah terbukti tidak independen.
g) Pengeroyokan oleh Presiden dan Wapres.
Kehadiran wapres beberapa waktu lalu bersama Foke dan memberikan dukungan kepadanya adalah bentuk keberpihakan yang semestinya tidak terjadi , dimana wapres harusnya bisa menempatkan posisinya di atas semua golongan. Kemudian berita yang 'menghebohkan'' beberapa hari ini adalah surat sang presiden yang menyuruh POLRI untuk netral. Bukan suruhan untuk polri yang dipermasalahkan , tetapi kenapa perintah untuk netral tidak ditujukan juga kepada TNI dan PNS yang dua-duanya sangat mungkin dan beberapa diantaranya terbukti tidak netral. Jelas perintah ini adalah bentuk keberpihakan dan kekhawatiran kemenangan Adang yang notabene seorang mantan polisi.
Bentuk-bentuk pengeroyokan tidak hanya itu, saya mencatat bentuk-bentuk kampanye hitam yang dilakukan Foke seperti penerbitan ratusan ribu eksampelar tabloid Jakarta untuk semua yang isinya hanya hujatan terhadap PKS dan Adang-Dani. Kemudian cara-cara kasar yang menyuruh orang berbuat kecurangan, kemudian ia dipukuli agar mengaku orang suruhan Adang-Dani, pencopotan alat-alat peraga kampanye. Dan selebaran-selebaran yang menyatakan Jakarta akan ditalibankan. Dan masih banyak lagi.
Sekarang saatnya warga jakarta menentukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya. Pilhan hari ini menentukan kehidupan kita puluhan tahun ke depan. Jangan biarkan kepemimpinan dipegang mereka-mereka yang rakus kekuasaan. Belajarlah dari PILKADA-PILKADA lainyya Kodya Medan misalnya sekarang warga medan menyesal karena ternyata pemimpin yang baru saja di dipilih terseret-seret kasus korupsi, juga dari PILKADA Banten yang mengisyaratkan Rt Atut juga akan menyusul seniornya Joko Munandar yang berurusan dengan KPK. Warga-warga tersebut pantasnya menyesal kenapa dulu mereka tidak memilih calon dari PKS saja.
Mari belajar dari pengalaman,..... gunakan hati nurani......
Selamat memilih,
Oleh : Didin Fahrudin kirim ke teman | versi cetak Tidak ada komentar tentang artikel ini.
Formulir Komentar | Aturan >>
[ Back To Beranda ]
|
|
|
|
|
|