8 PKS | DPD Kabupaten Bekasi
Rubrik : Tsaqafah
Islam dan Motivasi Kerja - Bagian 1
Jumat, 19 Mei 06 - by : Redaksi
PKS-Kab.Bekasi OnLine : Motivasi kerja kerap menjadi problem yang cukup pelik diberbagai organisasi profit maupun non-profit. Problem ini muncul karena karyawan tidak bekerja sesuai dengan kemampuan dan potensi riilnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, metode apa yang paling tepat untuk memotivasi karyawan agar meningkatkan produktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan?

Motivasi kerja menempati posisi sangat penting dalam psikologi kerja, sebab motivasi ini bertugas menjawab pertanyaan: "Mengapa kita bekerja?". Juga menjawab persoalan tantangan dan metode membangkitkan etos kerja karyawan untuk merealisasikan produktivitas yang ideal.

Secara teoritis, istilah motivasi dapat disefinisikan sebagai "keadaan internal individu yang melahirkan kekuatan, kegairahan dan dinamika, serta mengarahkan tingkah laku pada tujuan". Dalam pengertian lain, motivasi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjuk sejumlah dorongan, keinginan, kebutuhan, dan kekuatan. Maka, ketika kita mengatakan bahwa para pimpinan perusahaan sedang membangkitkan motivasi para karyawan, berarti mereka sedang melakukan sesuatu untuk memberi kepuasan pada motif, kebutuhan, dan keinginan para karyawan sehingga mereka melakukan sesuatu yang menjadi tujuan dan keinginan para pimpinan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat difahami bahwa motivasi mengandung rangsangan suatu pihak kepada individu, sehingga ia melakukan sesuatu yang menjadi tujuan pihak lain itu. Pada gilirannya juga dapat merealisasikan keinginan-keinginan individu.

Motif adalah ungkapan dari kebutuhan-kebutuhan (needs) individu. Dipandang dari sisi individu, motif-motif ini merupakan kepribadian dan aspek internalnya. Di sisi lain, bagi individu, stimulus merupakan dorongan-dorongan luar yang merupakan faktor pembantu dalam merealisasikan tujuan.

Dengan demikian, merupakan keharusan bagi pimpinan untuk mengenali motif-motif individu dengan cara konstruktif dalam pelaksanaan kerja yang memberi kepuasan pada kebutuhan individu. Setelah melalui pendidikan dan pengalaman, kebutuhan-kebutuhan individu berubah menjadi keinginan-keinginan (wants) dalam kerangka konsep-konsep sosial dan pendidikan bagi masyarakat. Keinginan-keinginan ini (dari segi eksistensinya) merupakan stimulus-stimulus yang melahirkan jenis-jenis respon atau reaksi tertentu.

Agak berbeda dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh A.Maslow, yang menyatakan bahwa manusia itu bekerja karena motif-motif untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, seperti: Kebutuhan fisiologis, kebutuhan terhadap rasa aman dan keselamatan, kebutuhan afiliasi, cinta, pengakuan, penghargaan, kedudukan, dan aktualisasi diri. Atau F.Herzberg yang mengatakan bahwa motor motivasi berpusat pada seputar masalah pekerjaan dan berkaitan dengan muatannya. Atau teori "X" dan "Y" yang dikemukakan Mc.Gregor yang memberi penekanan pada aspek kerja dan produktivitas yang banyak mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Maupun David Mc.Clelland yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu terdiri dari tiga klasifikasi, yaitu need of affiliation, need of power dan need of achievement.

Islam memandang bahwa motif-motif individu dalam memenuhi tuntutan kebutuhannya akan bernilai positif dan produktif apabila mencakup pemenuhan kebutuhan dasar kemanusiaan secara utuh dan seimbang. Sebab, manusia adalah individu yang memiliki seperangkat unsur/elemen yang utuh, saling melengkapi dan sistemik. Manusia terbangun dari unsur fisik, ruh dan akal, yang ketiganya memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara proporsional.

Motif-motif dan kebutuhan-kebutuhan dasar ini biasanya di bawah sadar. Dibentuk dari sebuah proses interaksi nilai. Motif-motif ini merupakan penyebab tingkah laku.

Dari perspektif pekerjaan, seseorang akan meningkat produktifitas kerjanya apabila kebutuhan-kebutuhan dasar kemanusiaannya tadi terpenuhi secara wajar. Adapun kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut mencakup kebutuhan fisiologis dan rohani.

Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Diantara ciri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan manusia adalah aspek fisiologis. Fungsi-fungsi fisiologis merupakan sisi penting kehidupan manusia yang mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan fisik, memenuhi atau menggantikan setiap kekurangan, dan meluruskan kegoncangan atau ketidakseimbangan. Ia senantiasa menjaga keseimbangan vital (homeo-statis) yang lazim untuk menjaga diri, eksistensi dan kesinambungan dalam menjalankan fungsi-fungsinya.

Studi-studi fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia untuk menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan lenyap, maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula. Aktivitas ini bertumpu pada dasar fisiologis, diluar kehendak manusia.

Pemikiran tentang keseimbangan yang dikemukakan para ilmuwan modern ini, telah dikupas Al-Qur'an empat belas abad silam. Simaklah ayat-ayat berikut:

"Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran". (QS. Al-Hijr, 15:19).

"Dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan setepat-tepatnya". (QS. Al-Furqan, 25:19).

"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran". (QS. Al-Qamar, 54:49).

Setiap makhluk hidup diciptakan dengan cara dan ukuran tertentu sehingga mencapai tingkat keseimbangan ideal. Jika keseimbangan ini mulai tak serasi, maka motivasi-motivasi fisiologis akan melakukan aktifitas yang pasti mengembalikan tubuh kepada keadaan semula, yaitu keseimbangan.

Al-Qur'an menunjukkan motivasi-motivasi fisiologis terpenting sebagai berikut:

Motivasi menjaga diri

Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat Al-Qur'an tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga individu dan kelangsungan hidupnya. Misalnya, pangan, sandang, papan dan kesehatan. (Lihat kisah Nabi Adam AS. dalam QS. Thaha, 20:117-121). Ayat-ayat tersebut menyiratkan motivasi mencintai kelangsungan hidup dengan menjaga diri. Motivasi menjaga diri bertugas membantu motivasi kelangsungan hidup, yaitu dengan memenuhi kebutuhan fisiologis yang berfungsi menjaga kelangsungan hidup individu.

Sebagian ayat Al-Qur'an menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut dan perasaan takut dalam kehidupan. Seorang muslim bekerja (selain motif untuk beribadah) juga karena ingin memperoleh sejumlah uang untuk membeli makanan serta mengantisipasi berbagai peristiwa dan tantangan zaman yang menerpa kehidupannya. Sehingga sebagian ayat menyebut lapar dan takut sebagai dua faktor yang besar pengaruhnya bagi kehidupan.

Allah SWT berfirman: "Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS. Al-Baqarah, 2:155).

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan oleh apa yang selalu mereka perbuat". (QS. An-Nahl, 16:112).

Motivasi menjaga kelangsungan jenis

Allah SWT menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang manusia menjaga diri. Dia telah menganugerahi manusia berbagai motivasi fisiologis yang mendorongnya menjalankan dua hal terpenting yang amat menentukan kelangsungan jenis, yakni motivasi seksual dan rasa keibuan.

Motivasi seksual memainkan peranan penting, yaitu menciptakan kesinambungan keturunan. Dengan motivasi ini, terbentuklah keluarga yang pada akhirnya membentuk masyarakat dan bangsa, sehingga bumi menjadi makmur dan peradaban berkembang pesat. Motivasi seksual merupakan salah satu dasar pembentukan keluarga sebagaimana didefinisikan secara sosiologis, yakni keluarga yang terdiri dari suami dan isteri, sang isteri melahirkan anak dan mereka berdua mendidiknya.

Suami membuat isteri tenang. Suami juga merasakan kesenangan dan ketenteraman. Tumbuh diantara mereka rasa cinta, kasih dan sayang, sehingga rumah tangga berjalan harmonis. Kondisi ini kondusif bagi lahir, tumbuh dan berkembangnya anak-anak berkepribadian baik.

Al-Qur'an telah menunjukkan hal itu dalam berbagai ayat, antara lain:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa cinta, kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Ar-Rum, 30:21).

"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik". (QS. An-Nahl, 16:72).

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya, dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (QS. An-Nisa', 4:1).(bersambung bagian 2)

Oleh : Ust.Syamsul Balda - Arsip Tim Kaderisasi
8 PKS | DPD Kabupaten Bekasi : https://www.pks-kab-bekasi.org
Versi Online : https://www.pks-kab-bekasi.org/?pilih=lihattarbiyah&id;=14