PKS-Kab.Bekasi OnLine : Para Menlu Arab yang terhormat itu muncul di depan public di dunia setelah tersadar dari kealpaannya dan tidurnya yang panjang untuk mengumumkan kegagalan proses perdamaian secara total, kegagalan perangkat dan sarananya. Dalam pertemuannya setelah menyerah, mereka menganjurkan untuk merujuk kepada DK PBB untuk membahas krisis Timteng.
Keputusan lemah tak bertaji - yang sama sekali tidak mengapresiasi obsesi dan aspirasi warga Arab yang dihantam oleh pesawat-pesawat Israel di Gaza dan Beirut � ini telah menciptakan situasi keputusasaan dan kebingungan di kalangan diplomasi Arab di depan arogansi musuh Israel yang melakukan serangan setiap hari. Namun merujuk ke DK PBB pun hampir bisa dipastikan gagal jika berhadapan dengan Veto Amerika sehingga sikap Arab akan semakin rikuh.
Kini sudah menjadi jelas kita hidup dalam kondisi kekalahan, diam, tidak berdaya menolong saudara-saudara kita di Palestina, Beirut dan Irak. Ketika para Menteri Luar Negeri Arab mengadakan pertemuan darurat, para menteri-menteri Israel mengeluarkan intruksi untuk menyerang Beirut menghantam sipil dan anak-anak. Dua pertemuan yang sangat berbeda. Pertemuan Menlu Arab hanya mencerminkan kemunduran dan kehinaan. Bahkan dalam konferensi pers mereka kita tidak mendengar pesan dukungan dan untuk tetap teguh kepada kelompok perlawanan Libanon dan Palestina. Seharusnya sudah menjadi kewajiban menteri-menteri kita dari Arab ini menyampaikan pesan dukungan dan keteguhan kepada anak-anak Gaza dan Beirut dan menyampaikan pesan terimakasih kepada kelompok perlawanan Libanon yang mampu menyerang kota-kota Israel termasuk bandara Haifa yang menyebabkan sembilan orang Israel meninggal dan melukai beberapa orang serta mampu menenggelamkan kepal laut Israel. Di depan kita para Menteri Luar negeri Arab yang terhormat ini menyatakan kembali sikap diam pemerintah mereka atas kejahatan-kejahatan yang dilakukan terhadap hak-hak sipil di Gaza dan Beirut.
Sudah banyak inisiatif Arab yang gagal dalam menawarkan solusi untuk konflik. Sampai kapan situasi ketidakberdayaan Arab ini? Sampai kapan mereka terhina? Bukankah kini saatnya untuk bangkit dari tidur panjang dan hidup dengan masa kini dan masa depan?
Yang mengherankan mereka tidak berdaya, pemerintah Arab itu justru menganjurkan untuk merujuk ke sarana-sarana penekan yang kurus dan tak berdaya. Apa faktornya?
Penulis tidak mengetahui kenapa Menteri-menteri Arab itu menunjukkan situasi warga Arab yang lemah dan buruknya manajemen. Apakah mereka tidak menyaksikan apa yang terjadi di Gaza tentang contoh keteguhan dan tantangan terhadap arogansi Israel. Apakah mereka tidak memetik pelajaran dari operasi serangan perlawanan Palestina melalui penggalian terowongan di Gaza hingga ke balik tembok rasial Israel yang akhirnya berhasil membunuh dan menawan serdadu Israel Jalad. Operasi ini sebenarnya ingin menyadarkan Arab dari kelemahannya di depan Negara penjajah Israel.
Seharusnya dalam pertemuan darurat itu, menteri-menteri terhormat itu mengeluarkan keputusan kuat untuk mendukung perlawanan Libanon dan Palestina dan mendukung keteguhan bangsa Arab menghadapi penjajah Israel. Minimal menggunakan senjata minyak menghadapi Israel dan dukungan Amerika terhadapnya. Mereka seharusnya bekerja mendukung dengan dana kepada perlawanan Libanon dan Palestina agar mereka bisa melanjutkan melawan Israel.
Namun pertemuan darurat menteri-menteri Arab itu telah mengubur harapan. (atb)
Sumber : Ghassan Mustafa Asy Syami - Infopalestina.com